Tag Archives: moslem

jodoh, ada disana.

Saya, entah mengapa di usia yang sudah duapuluhdua ini merasa masih belum dewasa. Kemarin-nya Saya, belum menjadi lebih baik dari hari ini. Ah, duapuluhdua menjadi kelabu ketika yang ada dalam pembicaraan bersama sahabat bukan lagi melulu mengenai anatomi atau fisiologi tubuh manusia, bukan lagi soal betapa menyebalkankannya dosen A saat memberikan tugas sebegitu banyaknya, bukan lagi baju apa yang lagi nge-trend sekarang. Well kalau yang terakhir terkadang masih.

Ketika Saya merasa ragu dengan yang namanya jodoh dan pernikahan things, yang bisa Saya lakukan hanya tersenyum memikirkan betapa tahun 2013-2014 awal terasa begitu fluktuatif. Saat dimana Saya merasa duapuluhdua sudah amat cukup untuk berbagi pemikiran yang serius bersama seseorang mengenai ‘masa depan’, ketika itu pula Saya dan seseorang diluar sana berkenalan.

Dimana Saya merasa bertemu seseorang yang cukup baik. Dan sudah, Saya enggan membahas hal itu karena Saya menjadikannya pelajaran dalam hidup Saya.

Berbicara mengenai masa depan dengan orang itu sangat menyenangkan, dimana bukan hanya Saya yang bercerita melainkan diapun berpendapat. Saat pada akhirnya Saya dengan senyum kekanakkan berceita ke ibu Saya mengenai dia. Ketika Saya mencoba memudahkan keraguan yang sejujurnya ada. Setiap malam Saya bertanya, dia ini siapa sih? Cukup baikkah untuk Saya? Atau Saya, apakah cukup baik untuk dia?

Sampai akhirnya suatu malam Saya bercerita dengan tersenyum tipis ke ibu Saya lagi, “Mah, kakak yang aku ceritain itu mau nikah loh.” Sekitar Bulan Desember-Januari lalu. Serius, Saya lupa kapan akhirnya teman Saya itu menikah.

Pada awalnya rasanya ingin menangis sepuasnya, rasanya ingin memiliki tombol ‘delete’ dalam orak Saya. Ketika yang Saya rasa saat itu, kebahagiaan rasanya semakin menjauh dan menjauh.

***

Pertama kalinya? Sebenarnya tidak, di tahun ketiga perkuliahan Saya-pun Saya pernah mengalami hal semacam ini sampai Saya bertanya, “Ada apa dengan Saya, Ya Rabb?”

***

Saya banyak sekali belajar dari semua ini. Betapa kehidupan pernikahan menjadi sebuah misteri yang kita belum ketahui. Bahkan Saya tidak tahu, apakah Saya akan bisa menikmati dunia pernikahan? Apakah Saya meninggal sebelum Saya menikah? Ah, bahkan apa yang akan terjadi esokpun, siapa yang tahu?

“Allah merindukan rintihan Saya,”

Saya berpikir begitu keras sampai bisa menyimpulkan hal itu, Allah terkadang memberikan ujian kepada umat-Nya semata-mata hanya karena rindu dengan rintihan umat. Mungkin Saya kurang berserah. Mungkin Allah masih ingin Saya hanya berdoa sendiri, belum berdoa bersama dengan imam Saya kelak. Mungkin Allah ingin Saya mendapatkan dia yang lebih baik. Mungkin dan mungkin yang banyaaak sekali kemungkinannya.

Lebih baik sakit saat ini, dibanding nantinya bukan?

Allah itu satu, sementara pintu keluar dari masalah itu banyak. Kak Anggun, seorang senior Saya memberikan kalimat itu kepada Saya hari ini.

Pintunya banyak, Allah ingin mendewasakan Saya.

***

Saya berada di titik dimana yang Saya bisa saat ini hanya berserah, namun tetap berusaha. Yah, mencoba memperbaiki diri karena… Surga? Surga masih terasa jauh. Saya berada di titik dimana yang Saya ingin lakukan saat ini hanya meyakini yang Saya yakin benar, yang tidak ada keraguan. Yang ayah dan ibu Saya ridhoi.

How can it be when me here busy thinking of you but you there busy thinking someone else? Yang Saya butuh bukan itu, yang Saya butuh dia yang sama-sama sedang menjalani proses untuk menjadi lebih baik. Yang bisa dilakukan hanya berdoa, berdoa, berdoa, dan menangis dalam doa. Karena sedekat doa-lah satu-satunya jarak terdekat Saya dengan dia. Sedekat doa, sedekat kemudahan yang Allah berikan, sedekat ridho orangtua dimana ada ridho Allah disitu.

***

Ketika Allah swt sangat sayang dan rindu pada hamba-NYA, ia akan mengirimkan sebuah “hadiah istimewa” melalui malaikat Jibril yang isinya adalah “ujian & cobaan.”

 

Dalam hadits qudsi Allah berfirman: “Pergilah pada hambaKU lalu timpakanlah berbagai ujian padanya kerana AKU ingin mendengar rintihannya.” (HR Thabrani dari Abu Umamah)

 

HALLO YANG DISANA, ADA ALLAH LOH

JADI NGGAK USAH RAGU, NGGAK USAH SEDIH

SABAR, SABAR, SABAR

KALAU ADA BATASNYA, BUKAN SABAR

-saya, yang masih bertanya sabarnya saya semana-

Tagged , , , , , , , , ,